Argumen dari kehendak bebas

Bagian dari seri
Ateisme
  • Konsep
  • Sejarah
  • Antiteisme
  • Ateisme dan agama
    (Kritik / Kritik terhadap agama,
    Diskriminasi terhadap ateisme)
  • Sejarah ateisme
  • Ateisme negara
Jenis
  • Implisit dan eksplisit
  • Positif dan negatif
  • Feminis
  • Ateisme Baru
  • Kristen
  • India
  • Hindu (Adevisme)
  • Buddha
  • Yahudi
  • Muslim
Argumentasi
Terhadap keberadaan Tuhan
  • Argumen dari kehendak bebas
  • Argumen disteleologis
  • Argumen dari ketidakpercayaan
  • Inkonsistensi wahyu
  • Kekeliruan tanpa batas
  • Ketersembunyian Ilahi
  • Ketidakserupaan sifat Tuhan
  • Masalah keburukan
  • Masalah Neraka
  • Nasib orang tidak terpelajar
  • Nonkognitivisme teologis
  • Paradoks kemahakuasaan
  • Pencipta Tuhan
  • Pisau Hitchens
  • Pisau Occam
  • Tantangan Tuhan Kejahatan
  • Taruhan ateis
  • Teko Russell
  • Tuhan dari celah ketidaktahuan
  • Ultimate Boeing 747 gambit
  • Garis besar
  • Category Kategori
  • Portal Portal agama
  • WikiProject ProyekWiki
  • l
  • b
  • s

Argumen dari kehendak bebas, juga disebut paradoks kehendak bebas atau fatalisme teologi, menyatakan bahwa kemahatahuan dan kehendak bebas tidaklah sejalan dan bahwa konsep Ketuhanan memasukkan kedua unsur tersebut sehingga tampak berseberangan.[note 1][1][2] Argumen tersebut sangat berhubungan dengan impikasi takdir.

Kemahatahuan dan kehendak bebas

Jika Tuhan membuat permainan, aturannya dan para pemainnya, bagaimana setiap pemain dapat bebas?

Beberapa argumen melawan keberadaan Tuhan berfokus pada anggapan ketidakcocokan kehendak bebas manusia dan kemahatahuan Tuhan. Argumen tersebut sangat berkaitan dengan implikasi takdir.

Moses Maimonides merumuskan sebuah argumen terkait kehendak bebas seseorang, dalam istrilah tradisional dari tindakan baik dan jahat, sebagai berikut:

… "Apakah Tuhan mengetahu atau melakukan yang Ia tak ketahui agar orang tertentu akan menjadi baik atau buruk? Jika seseorang berkata 'Ia tau', kemudian ini butuh disertai agar orang tersebut bertindak seperti yang Tuhan ketahui sebelum ia akan melakukannya, dalam kata lain, pengetahuan Tuhan tidaklah sempurna.…"[3]

Sebuah rumus logika dari argumen tersebut adalah sebagai berikut:[1]

  1. Tuhan diketahui memilih "C" agar manusia mengklaim "kehendak bebas".
  2. C sekarang dibutuhkan.
  3. Jika C sekarang dibutuhkan, kemudian C tak dapat menjadi hal lain (ini adalah definisi “kebutuhan”). Sehingga, tidak ada "kemungkinan" sebenarnya karena takdir.
  4. Jika kau tak dapat melakukan hal lain selain yang kau lakukan, kau tak dapat bertindak bebas (Prinsip Kemungkinan Alternatif)
  5. Sehingga, saat kau bertindak, kau tak dapat bebas.

Catatan

  1. ^ See the various controversies over claims of God's omniscience, in particular the critical notion of foreknowledge.

Referensi

  1. ^ a b Stanford Encyclopedia of Philosophy, Foreknowledge and Free Will
  2. ^ Swartz, Norman. "Foreknowledge and Free Will". Internet Encyclopedia of Philosophy. Diakses tanggal 26 August 2017. 
  3. ^ The Eight Chapters of Maimonides on Ethics (Semonah Perakhim), edited, annotated, and translated with an Introduction by Joseph I. Gorfinkle, pp. 99–100. (New York: AMS Press), 1966.

Bacaan tambahan

  • Thomas Aquinas. Summa Contra Gentiles
  • Thomas Aquinas. Summa Theologica I, Q. XIV, esp. Art. 13: "Whether the Knowledge of God is of Future Contingent Things?".
  • Boethius. The Consolation of Philosophy. Many editions.
  • Hasker, William. God, Time, and Foreknowledge". Ithaca: Cornell University Press, 1998.
  • Molina, Luis de. On Divine Foreknowledge, trans. Alfred J. Freddoso. Ithaca: Cornell University Press, 1988.
  • Plantinga, Alvin. "On Ockham's Way Out". Faith and Philosophy 3 (3): 235–269.
  • Ockham, William. Predestination, God's Foreknowledge, and Future Contingents, trans. M.M. Adams and N. Kretzmann. Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1983.
  • Zagzebski, Linda. "The Dilemma of Freedom an Foreknowledge". New York: Oxford University Press, 1991.
  • Luther, Martin: De servo arbitrio, in English: On the Bondage of the Will. In Latin and German 1525, in modern English: J.I. Packer and O. R. Johnston, trans. Old Tappan, New Jersey: Fleming H. Revell Co., 1957.

Pranala luar

  • Foreknowledge and Free Will article in the Internet Encyclopedia of Philosophy
  • Omniscience and Divine Foreknowledge article in the Internet Encyclopedia of Philosophy
  • The Paradox of Free will Diarsipkan 2010-11-22 di Wayback Machine. – An online discussion
  • Thomas Aquinas. Summa Theologica I, Q. XIV, Art. 13.
Pengawasan otoritas Sunting ini di Wikidata
  • Microsoft Academic